Para ibu yang anaknya
sudah mencapai usia tiga tahun, biasanya mulai ketar-ketir pada persoalan
sekolah anak. Banyak pertanyaan mulai dipikirkan.
Kapan
saya harus memasukkan anak ke sekolah?
Lebih
baik masuk sekolah play group terlebih dahulu atau langsung ke taman kanak-kanak, ya?
Sekolah
seperti apa yang cocok untuk anak saya?
Full day school atau sekolah biasa?
Dan persoalan yang juga
penting adalah...
Berapa
sih, biaya sekolah zaman now?
Saya
menyimpan brosur sebuah sekolah dasar swasta islam terpadu di Bandung. Sekolah
tersebut adalah jenis full day school.
Adapun kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut adalah gabungan antara
kurikulum nasional dan kurikulum khas (agama) yang disusun sendiri. Dalam
brosur tersebut tertulis sebagai berikut:
a. Biaya
pendaftaran Rp. 500.000,
Termasuk
formulir dan pendaftaran
b. Biaya
masuk Rp. 20.000.000,-
Termasuk
uang pangkal, buku paket pelajaran selama 1 tahun, pakaian sekolah, kegiatan
siswa selama 1 tahun, kegiatan ekskul dan SPP bulan Juli 2018
c. SPP
Rp. 1.350.000 / bulan
Kali
lain seorang teman menunjukkan dua brosur lain dari sekolah-sekolah yang
berbeda. Hasilnya, biaya masuk sekolah dasar swasta di kota Bandung dengan
level yang mirip berada di kisaran 20 juta atau lebih.
Jadi, berapakah biaya
yang harus dipersiapkan?
Menurut hitungan para
perencana keuangan, biaya pendidikan di Indonesia rata-rata meningkat sekitar
15%-20% per tahun. Angka ini lebih dari dua kali lipat rata-rata kenaikan
inflasi.
Jadi, kenaikan biaya
sekolah anak lebih tinggi daripada kenaikan inflasi per tahun.
Anak saya sekarang
berusia 4 tahun. Masih ada waktu dua tahun lagi untuk masuk sekolah dasar. Jika
biaya masuk sekolah dasar tahun 20 juta, maka biaya masuk sekolah dasar 2020 adalah
sekitar 28 juta rupiah saja. Tidak lupa, biaya bulanan juga ikut naik. Tung
hitung hitung, diperkirakan saya perlu mengeluarkan dana satu juta delapan
ratus sembilan puluh ribu rupiah per bulannya.
Kalau biaya sekolah
segitu, pendapatan keluarga kami harus berapa dong?
Menurut sebuah konsultasi
finansial Finansia Consulting, biaya bulanan sekolah maksimal seperlima dari
pendapatan minimal orang tua. Jika spp bulanan Rp. 1.890.000,-, maka minimal
pendapatan keluarga haruslah sebesar Rp. 9.450.000,-.
Ehm, itu baru biaya
sekolah untuk satu anak loh, ya.
Tambah anak, bertambah
besar pula alokasi dana pendidikan yang dibutuhkan.
Level yang mirip seperti
apa?
Berdasarkan hasil
pengamatan pribadi, ada berbagai jenis sekolah swasta di Bandung. Ada sekolah yang
menggunakan kurikulum nasional saja layaknya sekolah dasar negeri. Selain itu,
ada sekolah yang menggunakan gabungan kurikulum nasional dan kurikulum khas.
Bermacam-macam value yang ditawarkan
dalam kurikulum khas yang dikembangkan. Misalnya, ada sekolah yang memasukkan
value agama, dwibahasa, atau mengadopsi metode tertentu seperti sekolah
montessori, sekolah alam, dan sebagainya. Tambahan value itulah yang menjadi nilai tambah sejumlah sekolah.
Bertambah value berarti bertambah pula money value yang diperlukan.
Jadi, pendidikan yang
baik cuma untuk kalangan berduit dong?
Bagaimana jika kita tidak
mampu memasukkan anak ke sekolah-sekolah mahal itu?
Apakah anak kita tidak akan
mendapatkan pendidikan yang terbaik?
Apa yang harus kita
lakukan agar anak tetap memperoleh pendidikan terbaik meski tidak masuk ke
sekolah mahal?
Apa yang harus kita
lakukan, kan tidak semua orang Indonesia mampu mengenyam pendidikan mahal?
Suami saya pernah
melakukan penelitian terhadap sekolah-sekolah dasar swasta yang mahal. Ia dan
timnya melakukan wawancara terhadap sejumlah orang tua siswa. Asumsinya,
sekolah-sekolah yang mahal tersebut memiliki program yang luar biasa, dan tidak
dimiliki oleh sekolah lainnya.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program-program antara sekolah mahal dan sekolah biasa tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Meski sekolah mahal menambahkan slogan value tertentu, namun pada prakteknya,
program dan kegiatan yang dilaksanakan relatif sama dengan sekolah biasa.
Satu temuan penting dari penelitian
itu adalah para orang tua memiliki keterlibatan yang besar pada kegiatan
belajar anak. Mereka sadar bahwa mereka sudah mengeluarkan uang dengan nominal
yang besar. Dengan alasan itu, mereka berusaha untuk mendapatkan hasil yang besar pula. Akibatnya, mereka menunjukkan
perilaku yang mendorong anak supaya meraih prestasi belajar yang baik. Mereka
proaktif menanyakan perkembangan belajar, mengamati hasil belajar siswa, dan turut
serta membantu proses belajar di rumah.
Pasi Sahlberg, penulis
buku “Finnish Lessons 2.0: What can the
world learn from educattional change in Finland”, menyebutkan ada lima hal
yang menentukan prestasi belajar anak. Salah satu yang terpenting adalah apa
yang dilakukan anak-anak ketika tidak di sekolah.
Jadi, kualitas sekolah
bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan belajar siswa. Orang tua, kegiatan
anak saat di rumah dan selepas jam sekolah juga menjadi penentu penting
terhadap prestasi belajar siswa.
Memilih sekolah bagus dan
mahal merupakan pilihan yang sangat baik. Jika kita mampu, maka kita perlu
memberikan investasi pendidikan terbaik untuk anak. Satu hal yang bisa
dilakukan oleh orang tua yang memilih untuk memasukkan anak ke sekolah mahal
adalah berkesinambungan. Tidak karena anak sudah dididik oleh guru di sekolah,
maka orang tua bisa berlepas tangan dengan pendidikan di rumah. Sebaliknya,
orang tua perlu menjalin komunikasi, kerja sama dan terlibat dalam pendidikan
selepas jam sekolah.
Sebaliknya, tidak
memasukkan anak ke sekolah mahal pun bukan sesuatu yang salah. Anak tetap
memiliki potensi meraih prestasi belajar yang luar biasa ‘meskipun’ hanya
bersekolah di lembaga pendidikan yang biasa. Orang tua perlu menunjukkan usaha
yang maksimal untuk membantu kegiatan belajar anak. Ayah atau ibu bisa membantu
kegiatan belajar anak, memberikan tambahan, mengulang pelajaran, membangun
kerja sama dan komunikasi dan guru untuk mendapatkan hasil belajar yang
optimal.
Jadi, tidak perlu
khawatir jika anak anda tidak bersekolah di tempat yang mahal, ya!
Sumber:
Walker, Timothy. 2017. Teach Like Finland. Jakarta: Gramedia.
No comments:
Post a Comment