Dari awal kehamilan, sudah banyak yang mewanti-wanti, “Mudah-mudahan
anaknya nggak mirip bapaknya, ya”, begitu katanya. Hahaha. Kedengarannya jahat,
ya. Tapi celetukan-celetukan itu biasanya berasal dari para sahabat yang
mengenal kami berdua secara akrab. Kelakukan suami yang pecicilan, jahil, seringkali
membuat mereka nyinyir dan kemudian berdoa yang tidak-tidak. :D
Berbeda dengan teman-teman saya yang memiliki ‘doa’ spesifik seperti itu,
saya pribadi tidak memiliki ekspektasi apa-apa tentang wajah si bayi. Jika
Mameh Ghina ingin anaknya seperti bayi-bayi keturunan Arab yang matanya belok,
lucu, menggemaskan, saya tidak memiliki harapan apa-apa mengenai wajah si bayi.
Blank! Saya tidak memiliki perkiraan bayinya
akan mirip siapa, dan juga gak ngidam bayinya ingin mirip si ini, si anu.
Pada saat itu, feeling saya,
anaknya akan berjenis kelamin laki-laki. Maka dari awal kehamilan, saya dan
suami menyiapkan nama laki-laki. Ketika mengajak dede bayi untuk berbicara,
kami pun sudah memiliki panggilan kesayangan untuk anak laki-laki. Hehehe. Ketika
usia kehamilan kurang lebih lima bulan, hasil USG memperlihatkan bahwa bayinya
ternyata berjenis kelamin perempuan. Setelah itu, barulah kami sibuk menyiapkan
nama untuk anak perempuan.
Ketika pada akhirnya Eureka lahir, jeng...jeng…jeng…ternyata ia mirip
sekali dengan bapaknya! Ahhh, doa para sahabat “semoga anak yang lahir nggak mirip bapaknya”, rupanya tidak
terkabul. Hihihi.
A new born Eureka |
Jika kami membawa Eureka ke tempat umum atau bertemu saudara, sudah biasa
orang –orang akan menebak, “Wah, bayinya cakep/tampan”, atau “Wah, si jagoan”.
Adegan berikutnya adalah kami akan meralat tebakan mereka “anaknya perempuan,
Om/Tante/Kakek/Nenek”.
Bagaimana dengan sifatnya? Apakah juga mirip bapaknya? Sejauh 15 bulan ini,
bapaknya bilang, sifatnya justru mirip saya. Memang ada beberapa sifat yang
sama. Misalnya, jika pertama kali bertemu dengan orang asing, seringkali merasa
tidak aman. Eureka bukan tipe bayi yang mudah digendong orang asing. Apalagi
jika yang Eureka temui adalah laki-laki dewasa, pasti ia langsung menangis.
Namun jika yang ia temui adalah sesama anak kecil, ia akan senang sekali dan
mau bermain bersama pada saat itu juga.
Si kembar |
Bagi saya, tidak jadi soal wajah Eureka mirip saya atau bapaknya. Memang sih,
kadang secara bercanda saya suka bilang “kok saya yang hamil, saya yang
susah-susah melahirkan, tapi saya gak dikasih jatah sedikitpun andilnya ke anak
secara fisik”. Padahal memang tidak ada hubungannya, ya. Hahaha. Harapan saya,
semoga Eureka bisa menjadi dirinya sendiri. Karakter dan atribut yang telah dimilikinya
secara unik, dapat berkembang dengan optimal. Kalaupun ada sifat-sifat yang
terwariskan dari ibu dan ayahnya, mudah-mudahan itu hanya kebaikan-kebaikannya
saja, which is mungkin nggak
seberapa, ya.
No comments:
Post a Comment